FK-KMK UGM. Peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama mitra internasional mempublikasikan hasil studi terbaru yang menyatakan bahwa skrining kanker payudara berbasis mammografi terbukti efektif dan cost-effective di Indonesia. Studi ini menekankan bahwa mammografi sangat layak diterapkan, terutama untuk perempuan usia 40–65 tahun dengan interval pemeriksaan setiap 2–4 tahun. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bereputasi tinggi Value in Health Regional Issues dan menggunakan model simulasi SiMRiSc berbasis data populasi Indonesia.
Skenario yang paling efisien ditemukan ketika skrining dilakukan setiap 4 tahun dengan tingkat partisipasi minimal 50%, menghasilkan incremental cost-effectiveness ratio (ICER) sebesar USD 4.758 per life year gained (LYG), masih di bawah ambang batas willingness-to-pay Indonesia. Menurut dr. Ajeng Viska Icanervilia, MPH, Ph.D, peneliti utama dari Departemen Radiologi FK-KMK UGM, tingginya angka kematian akibat kanker payudara di Indonesia disebabkan oleh deteksi yang terlambat. “Implementasi skrining terstruktur dapat menurunkan beban mortalitas sekaligus memberi efisiensi biaya kesehatan,” ujarnya. Namun, tantangan masih ada.
Prof. Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad., Subsp.PRP(K), selaku anggota peneliti menyebutkan hambatan seperti keterbatasan infrastruktur mammografi dan distribusi tenaga ahli radiologi yang belum merata. Selain itu, peningkatan partisipasi masyarakat melalui edukasi, kampanye, dan peran tenaga kesehatan komunitas menjadi kunci keberhasilan program skrining nasional. Penelitian ini turut mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 3 yaitu menjamin kehidupan sehat dan kesejahteraan bagi semua usia, SDGs nomor 4 pendidikan berkualitas serta SGDs nomor 9 industri, inovasi dan infrastruktur.
Studi ini diharapkan menjadi dasar pengambilan kebijakan nasional terkait skrining kanker payudara di Indonesia. Studi ini merupakan hasil kolaborasi antara FK-KMK UGM, RSUP Dr. Sardjito, dan University of Groningen, Belanda, dengan dukungan data dari rumah sakit serta cancer registry di Yogyakarta. (Kontributor: Prof. Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad., Subsp.PRP(K), dr. Ajeng Viska, MPH, Ph.D)