FK-KMK UGM. Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diketuai oleh dr. Meirizal, Sp.O.T.Subsp.T.L.B.M(K) memperkenalkan teknologi Reverse Aqua Pump Vacuum-Assisted Closure (RAP-VAC), sebuah inovasi terapi luka berbasis tekanan negatif yang efektif dan terjangkau. Inovasi ini diharapkan menjadi solusi medis bagi rumah sakit di negara berkembang yang memiliki keterbatasan sumber daya.
Teknologi RAP-VAC dikembangkan sebagai alternatif dari sistem Vacuum-Assisted Closure (VAC) konvensional yang mahal. Dengan memodifikasi pompa air sederhana untuk menciptakan tekanan negatif stabil pada luka, RAP-VAC mampu mempercepat proses penyembuhan tanpa membebani biaya perawatan. Penelitian ini melibatkan 13 pasien dengan defek jaringan lunak dan menunjukkan hasil yang positif: ukuran luka rata-rata berkurang dari 50,19 cm² menjadi 45,25 cm², tingkat granulasi jaringan mencapai 92,13%, dengan durasi terapi sekitar 20,9 hari dan biaya hanya Rp2,37 juta per pasien.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam International Journal of Surgery Case Reports dengan artikel berjudul “Reverse Aqua Pump Vacuum-Assisted Closure Alternative and Affordable Solution for Emerging Cost in Wound Therapy: A Case Series”. Artikel ini ditulis oleh dr. Meirizal, dr. Rahadyan Magetsari, dr. Mohammad Rizal Chaidir, dr. Sumadi Lukman Anwar, dr. Agung Susilo Lo, dan dr. I Made Dolly. Menurut dr. Meirizal, RAP-VAC tidak hanya terbukti efektif dalam mempercepat penyembuhan luka, tetapi juga realistis untuk diterapkan di rumah sakit dengan sumber daya terbatas. “Temuan kami menunjukkan bahwa RAP-VAC tidak hanya efektif dalam mempercepat penyembuhan luka, tetapi juga realistis untuk diterapkan,” ujarnya.
Inovasi ini sekaligus membuktikan bahwa solusi teknologi medis tidak selalu harus bergantung pada peralatan impor berbiaya tinggi. RAP-VAC menjadi representasi kreativitas dan pemecahan masalah lokal yang dapat berkontribusi pada peningkatan akses layanan kesehatan yang inklusif dan terjangkau. Hal ini mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu SDGs Nomor 3: Hidup Sehat dan Sejahtera dan SDGs Nomor 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur (Kontributor: dr. Meirizal)